Khutbah Jumat Terbaru 6 Mei 2022 Sukses Pasca Ramadhan atau Idul Fitri

Khutbah Jumat Terbaru 6 Mei 2022 Sukses Pasca Ramadhan atau Idul FitriText khutbah Jumat ini pas dikatakan pada penerapan sholat Jumat pertama sesudah Ramadhan atau Hari Raya Idul Fitri berakhir atau 6 Mei 2022.

Topik khutbah Jumat ini kali berkenaan tiga ciri-ciri orang sukses sesudah Ramadhan berakhir untuk mereka yang sudah direpotkan dengan beribadah sepanjang Ramadhan tempo hari.

Seperti dijumpai bila dalam khutbah Jumat, penceramah bisa memberi motivasi ke jemaah supaya selalu tingkatkan ketaqwaan ke si maha pembuat Allah Subhanahu Wa Taala.

Sesudah Ramadhan selesai semuanya orang akan direpotkan kembali dengan kegiatan duniawi untuk memenuhi keperluannya setiap hari.

Tetapi untuk yang sukses dalam Ramadhan tempo hari akan kelihatan pertanda ketaqwaan dalam dianya karena telah terbiasa mengendalikan diri sepanjang Ramadhan tempo hari.

Di saat jalani kegiatan puasa pada bulan Ramadhan umat Islam dituntut agar bisa mengontrol syahwatnya dari suatu hal yang dapat menggagalkan atau hilangkan pahala puasanya.

Akan pas bila topik khutbah Jumat ini dikatakan sebagai penyebab semangat baru untuk jemaah supaya masih tetap memupuk keimanan dan ketaqwaannya.

Berikut text komplet khutbah Jumat yang dikutip dari situs khutbahsingkat.com pas dikatakan penceramah dalam khutbah Jumat pertama pada bulan Syawal ini.

Sebagai salah satunya rukun dalam khutbah Jumat, khatib ajak ke semua jemaah untuk selalu perkuat dan tingkatkan loyalitas keimanan dan ketakwaan ke Allah swt.

Allah swt sudah janjikan dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 13 jika orang yang paling bertakwa akan memperoleh status yang paling mulia disebelah Allah swt.

Muslimin Rahimakumullah..

Barusan kita rayakan lebaran atau Idul Fitri bersama. Di hari raya Idul Fitri nyaris selalu diwarnai dengan gegap gempita keceriaan umat Islam di beberapa seluruh dunia. Gaung takbir didengungkan pada malam harinya, kalimat tahmid sama-sama bersahutan di antara satu sama yang lain.

BACA JUGA :  Cerita Seru di Balik Film Horor KKN di Desa Penari yang Resmi Tayang Hari ini

Idul Fitri datang saat umat Islam jalankan beribadah harus puasa Ramadhan sepanjang sebulan penuh. Sejauh bulan suci itu, mereka meredam lapar, haus, dan beberapa hal yang lain menggagalkan puasa dimulai dari keluar fajar sampai matahari tenggelam.

Puasa itu seperti bulan ujian untuk mereka yang hendak ikuti penyeleksian tertentu. Sepanjang satu bulan kita dididik untuk belajar lebih serius, kurangi jam bermain, dan menghindar beberapa hal yang lain dapat mengusik hasil ujian itu.

Sesudah melalui beberapa momen penting satu bulan penuh, umat Islam juga memiliki hak memperoleh hasilnya. Apa hasil itu? Jawabnya tidak lain ialah predikat “takwa”, seperti ada di Al-Baqarah ayat 183:

Takwa sebagai standard tertinggi tingkat kemuliaan manusia. Makin tinggi kualitas takwa kita, tanda-tanda makin tinggi juga keberhasilan kita berpuasa. Demikian juga, makin lenyap kualitas takwa pada diri kita, tanda makin tidak berhasil kita sejauh Ramadhan.. Inna akramakum ‘indallâhi atqâkum.

Tetapi, pertanyaan selanjutnya ialah apa beberapa ciri muttaqîn (beberapa orang yang bertakwa)?

Jemaah Hafidhakumullah

Ada banyak ayat Al-Qur’an yang menerangkan beberapa ciri orang takwa.

1. Suka Sedekah

Menyedekahkan beberapa hartanya pada keadaan suka atau susah. Dan orang bertakwa tidak repot cuma pikirkan diri kita. Dia perlu berjiwa sosial, menyimpan empati ke sama-sama, dan ikhlas berkorban untuk seseorang dalam tiap kondisi. Bahkan juga, dia bukan hanya sukai memberikan ke orang yang disayanginya, tetapi juga ke beberapa orang memang memerlukan.

Dalam kerangka Ramadhan dan Idul Fitri, karakter takwa pertama ini sebetulnya mulai didorong oleh Islam lewat tuntunan zakat fitrah. Zakat fitrah sebagai lambang jika “rapor kelulusan” puasa harus diikuti dengan mempertaruhkan beberapa kekayaan kita dan menyimpan kepedulian ke mereka yang kurang kuat.

BACA JUGA :  Misi Mencari Telur Emas di Dunia Maya, Alur Singkat Cerita Ready Player One Yang Tayang Malam Ini

Ayat itu memakai fi’il mudhari’ yunfiqûna yang memiliki makna kegiatan itu berjalan stabil/terus-terusan. Disini, bisa dimengerti jika zakat fitrah hanya awalnya atau “pancingan” untuk seluruh kepedulian sosial tiada henti pada bulan-bulan selanjutnya.

Jemaah Hafidhakumullah

2. Sanggup Meredam Kemarahan

Geram sebagai tanda-tanda manusiawi. Tetapi beberapa orang yang bertakwa tidak mengobral geram demikian saja. Al-kâdhim (orang yang meredam) serumpun kata dengan al-kadhîmah (termos). Keduanya memiliki peranan membendung: yang pertama membendung kemarahan, yang ke-2 membendung air panas.

Selayak termos, orang bertakwa seharusnya sanggup sembunyikan panas di dadanya hingga beberapa orang disekelilingnya tidak paham jika dia sedang geram. Bisa saja dia masih tetap geram, tetapi ketakwaan menghindarinya melepaskan itu karena tahu kerugian yang akan diakibatkan. Termos cuma tuangkan air panas di saat yang terang maslahatnya dan benar-benar diperlukan.

Maka dari itu, setelah Ramadhan dan lebaran seharusnya umat Islam sanggup mengatur emosinya sebagus mungkin. Menahan kemarahan kuasai dianya, dan berlaku ke beberapa orang pernah membuat geram secara lumrah dan biasa saja. Ramadhan seharusnya sudah latih orang untuk berlapang dada, arif sana, dan masih tetap sejuk hadapi keadaan sepanas apa saja.

3. Maafkan Kekeliruan

Geram sebagai tanda-tanda manusiawi. Tetapi beberapa orang yang bertakwa tidak mengobral geram demikian saja. Al-kâdhim (orang yang meredam) serumpun kata dengan al-kadhîmah (termos). Keduanya memiliki peranan membendung: yang pertama membendung kemarahan, yang ke-2 membendung air panas.

Selayak termos, orang bertakwa seharusnya sanggup sembunyikan panas di dadanya hingga beberapa orang disekelilingnya tidak paham jika dia sedang geram. Bisa saja dia masih tetap geram, tetapi ketakwaan menghindarinya melepaskan itu karena tahu kerugian yang akan diakibatkan. Termos cuma tuangkan air panas di saat yang terang maslahatnya dan benar-benar diperlukan.

BACA JUGA :  KSAD Jenderal TNI Dudung Abdurachman menjenguk Hendropriyono ke RSPAD Gatot Soebroto

Maka dari itu, setelah Ramadhan dan lebaran seharusnya umat Islam sanggup mengatur emosinya sebagus mungkin. Menahan kemarahan kuasai dianya, dan berlaku ke beberapa orang pernah membuat geram secara lumrah dan biasa saja. Ramadhan seharusnya sudah latih orang untuk berlapang dada, arif sana, dan masih tetap sejuk hadapi keadaan sepanas apa saja.

Langkah ini, jika diterapkan dengan penuh penghayatan, sebetulnya latih orang sepanjang Ramadhan mengenai keutamaan maaf. Jika diri sendiri saja mustahil suci dari kekeliruan, argumen apa yang kita tidak ingin maafkan kekeliruan seseorang? Maaf sebagai suatu hal yang cepat tetapi dapat sangat terasa berat karena masalah ego, gengsi, dan beberapa unsur gairah yang lain.

Sangatlah bijak ulama-ulama di Tanah Air yang membuat adat bersilaturahim dan sama-sama maafkan di peristiwa lebaran. Sempurnalah, saat kita selesai bersihkan diri dari kekeliruan-kesalahan ke Allah, seterusnya kita sama-sama maafkan kekeliruan masing-masing antara manusia.

Begitu text khutbah Jumat dengan topik tiga ciri-ciri orang sukses sesudah Ramadhan berakhir, mudah-mudahan berguna untuk semua.

Pertanyaan pada akhirnya ialah, telah berapakah kali puasa kita lalui sejauh kita hidup? Apakah sudah beberapa ciri sukses Ramadhan itu menempel pada diri kita? Wallahu a’lam bish shawab, silahkan kita sama-sama menilai diri semua.

 

Akhir kata

Demikian sekilas info tentang Khutbah Jumat Terbaru 6 Mei 2022 Sukses Pasca Ramadhan atau Idul Fitri. Bila ada kritik dan saran tulis di kolom komentar ya!  Terima kasih dan sampai jumpa kembali.